simple hit counter
ArekJawa Timur

USAID – RSWH Gresik Kerjasama Program Coaching Tuberkulosis

×

USAID – RSWH Gresik Kerjasama Program Coaching Tuberkulosis

Sebarkan artikel ini
WhatsApp Image 2022 09 13 at 16.08.32 1 - USAID - RSWH Gresik Kerjasama Program Coaching Tuberkulosis
Direktur Utama RS Wates Husada dr. Titin Ekowati (tiga dari kiri) bersama Kabid P2P dr. Puspitasari Wardhani dan tim USAID TB PS saat pembukaan program coaching TB, Selasa (13/9/2022). / (Foto: Bram/portalsurabaya.com)

PORTALSURABAYA.COM – Indonesia menempati urutan ketiga di dunia kasus penderita Tuberkulosis dengan jumlah kasus 824 ribu per tahunnya, dengan angka kematian 93 ribu per tahun. Di Kabupaten Gresik, fasilitas untuk penderita Tuberkulosis (Tbc) masih terpusat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibnu Sina.

Adanya kerjasama dengan lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), fasilitas untuk penderita Tbc bisa dilakukan di empat rumah sakit yang ada di Gresik, yakni RS Wates Husada, RS Rahmi Dewi, RS Cahaya Giri dan RS Eka Husada.

Berada di RS Wates Husada (RSWH) Balongpanggang, program coaching Tbc itu mulai bisa digunakan oleh para penderita Tbc. Apalagi, program ini hanya diberlakukan didua tempat di Indonesia. Yakni Jakarta dan Gresik.

“Ya, hari ini dibuka program coaching Tbc, Gresik menjadi salah satu penerapan, satunya lagi di Jakarta,” ujar Direktur Utama RSWH dr. Titin Ekowati, Selasa (13/9/2022).

Baca Juga: Kualifikasi Piala Asia U-20, Shin Tae-yong tak ingin Remehkan Lawan

Menurut Titin, RSWH menjadi satu diantara tiga RS lain yang menjalin kerjasama untuk masalah penyakit Tbc ini. tiga lainnya yakni RS Eka Husada, RS Cahaya Giri, dan RS Rahmi Dewi.

Dalam program coaching Tbc, mulai dari pemeriksaan dini, seperti pemeriksaan dahak dilakukan langsung oleh dokter spesialis langsung. Selain itu, ada konsultasi hingga pendampingan obat.

“Mengingat yang menjadi kendala penderita Tbc selama ini adalah jauhnya pengambilan obat. Belum lagi, pmereka (penderita Tbc) cukup berat saat meminum beragam obat. Karena itu, kami ada pendampingan minum obat untuk menghindari putus obat,” jelasnya.

Titin menambahkan, dengan program coaching Tbc ini, diharapkan mampu membantu target eliminasi Tbc pada 2030. Karena saat ini lebih banyak fasilitas untuk penderita Tbc, para pasien tidak lagi berat ketika mengambil obat.

Sedangkan dari pihak USAID membantu dalam hal pengadaan obat, tempat pemeriksaan hingga fasilitas lain. Support tersebut tetap melalui Dinas Kesehatan dan melalui sistem informasi tuberkolosis (SITB).

“Dengan begini, banyaknya fasilitas bagi penderita Tbc, jarak pengambilan obat juga lebih dekat. Ini sudah empat kali pertemuan, alhamdulillah ketika diresmikan hari ini, coaching Tbc sudah lengkap,” ungkap lulusan S2 Unair ini.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *