simple hit counter
Lifestyle

Empat Pelukis Cilik Sanggar Daun Gelar Pameran 4D, Angkat Tema Kebudayaan Pesisir

×

Empat Pelukis Cilik Sanggar Daun Gelar Pameran 4D, Angkat Tema Kebudayaan Pesisir

Sebarkan artikel ini
Pembina sekilgus pendiri Sanggar Daun, Arik Wartono (kanan) bersama tiga pelukis cilik Azka, Dhafira, Daffa dan orang tua salah satu pelukis (Donata), Minggu (28/11/2021)./ Foto: Bram
Pembina sekilgus pendiri Sanggar Daun, Arik Wartono (kanan) bersama tiga pelukis cilik Azka, Dhafira, Daffa dan orang tua salah satu pelukis (Donata), Minggu (28/11/2021)./ Foto: Bram

PORTALSURABAYA.COM – Sanggar Daun kembali menggelar pameran seni rupa untuk siswanya. Kali ini sanggar seni pimpinan Arik Wartono tersebut menampilkan puluhan karya dari 4 siswanya yang diberi judul 4D yang digelar di Galeri Icon Mall Gresik, Minggu (28/11/2021).

Pameran yang digelar itu salah satu dari rangkainan dari peringatan hari ulang tahun Sanggar Daun yang ke 17.

Keempat siswa yang berpameran adalah Damara Azka (9 tahun), Dhafira Khairuna (9 tahun), Daffa Gie (14 tahun) dan Donata Ratna Faridah (12 tahun). Pameran seni rupa 4D ini dipilih karena keempat seniman cilik ini memiliki nama yang berawalan dengan huruf D. Sedang tema keseluruhan dalam pameran ini adalah tentang Kebudayaan Pesisir.

“Empat seniman berupaya mengekplorasi peradaban pesisir dalam perspektif anak dan remaja,” kata Arik Wartono, kurator pameran sekaligus pendiri Sanggar Daun.

Lebih lanjut Arik menjelaskan satu persatu seniman binaannya tersebut. Pertama adalah Damara Azka yang saat ini telah mengoleksi 7 penghargaan internasional dan 2 penghargaan nasional dikenal sebagai seniman yang memiliki tingkat detil cukup baik.

Hal itu bisa dilihat pada karyanya yang berjudul “Panorama Pesisisir 1” dan “Panorama Pesisir 2” yang dikerjakan tahun 2021 dengan ukuran kanvas 100 x 150 sentimeter.

“Karya ini ibarat jendela atau mungkin lebih tepatnya sebuah lubang kunci yang darinya kita bisa mengintip sebuah ruang di mana hal yang nyata dan imaji telah membaur di dalamnya,” ucap Arik.

Selanjutnya Arik memperkenalkan Dhafirah Khairun. Meski masih berusia 9 tahun namun Dhafirah yang telah mengoleksi 14 penghargaan internasional dan 2 penghargaan nasional. Dhafirah dikenal memiliki kelebihan dalam teknik pewarnaan. Ditangannya warna kontras bisa ditampilkan menjadi sesuatu yang harmonis.

Bahkan salah satu karyanya, Runa -panggilan akrab Dhafirah Khairun manampilkan seni intalasi berjudul “Laut Palsu” yang memiliki dimensi panjang 2,5 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 2 meter. Seni instalasi masuk dalam kategori media seni baru (new media art) dimana karyanya tidak lagi terbatas pada media konvensional dua dimensi.

Dalam seni intalasi seniman bisa bereksplorasi dengan memanfaatkan ruang, bentuk tiga dimensi yang ditata sedemikian rupa. Bahkan seniman bisa memasukan unsur gambar bergerak (video) dan suara-suara yang bisa memperkuat tampilan karyanya.

“Runa termasuk anak yang cukup lugas sekaligus tangkas dalam mengemukakan ide-ide kreatifnya. Ia juga cukup berani menampilkan gagasan dalam sebuah karya yang kompleks dan berlapis-lapis melalui seni instalasi,” jelasnya.

Kemudian Arik menjabarkan mengenai karya-karya Daffa Gie yang fokus pada lukisan damar kurung. Sebagai informasi, awalnya seni lukis damar kurung adalah lukisan yang diaplikasikan pada lampion yang dipopulerkan oleh seniman perempuan asal Gresik Masmundari yang telah meninggal pada tahun 2005.

Meski karya-karya Daffa terinspirasi dari lukisan damar kurung, namun ia tidak serta merta menduplikasi karya-karya Masmundari. Dalam proses kreatifnya ia terus berupaya serius untuk mencari karakternya sendiri yang unik, dengan tetap memperhatikan beberapa pakem dalam lukisan damar kurung.

“Dalam mengekplorasi lukisan damar kurung, Daffa tidak hanya terfokus pada penciptaan karya lampion seperti halnya damar kurung konvensional. Lebih dari itu ia mengaplikasikan lukisan damar kurung dalam lukisan kanvas dan batik,” bebernya.

Seniman keempat yang dipresentasikan Arik adalah Donata Ratna Faridah yang kini telah meraih 35 penghargaan internasional dan 5 penghargaan lokal maupun nasional. Kelebihan karya-karya Donata menurut Arik adalah mengekplorasi bahan cat air dan pewarna makanan.

Teknik gelembung sabun tampaknya menjadi salah satu kegemarannya, yakni dengan cara mencampur pewarna makanan dan sabun cuci piring yang dilarutkan dengan air sehingga menciptakan gelembung berwarna-warni.

Saat gelembung berwarna-warni itu jatuh dan menempel di permukaan kanvas polos maka akan membentuk pola bulatan-bulatan transparan yang artistik. Setelah itu Donata menambahkan objek-objek utamanya seperti pepohonan, aneka satwa serta berbagai macam bunga.

“Kami berharap suatu saat keempat seniman cilik yang saat ini menggelar pameran bersama ini nantinya masing-masing bisa menggelar bisa menggelar pameran tunggal. Sebab bagi seorang seniman pameran tunggal merupakan salah satu bentuk dedikasi dan tanggungjawabnya sebagai seniman profesional,” pungkas Arik.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *