simple hit counter
Ekbis

Mendag RI: WTO Harus jadi Bagian Solusi Berbagai Krisis Global

×

Mendag RI: WTO Harus jadi Bagian Solusi Berbagai Krisis Global

Sebarkan artikel ini
IMG 20220614 WA0024 01 - Mendag RI: WTO Harus jadi Bagian Solusi Berbagai Krisis Global
Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan RI. Foto: Humas Kemendag RI

PORTALSURABAYA.COM – Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), menyerukan agar World Trade Organization (WTO) harus menjadi bagian solusi dalam mengatasi berbagai krisis yang dihadapi dunia saat ini.

Krisis itu meliputi bidang ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan keamanan. Semua anggota harus dapat menjalankan fungsi WTO dan sepenuhnya menerima manfaat dari sistem perdagangan multilateral.

Penegasan ini disampaikan dalam rekaman pernyataan umum pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-12 WTO yang diselenggarakan pada 12–15 Juni 2022 di Jenewa, Swiss.

“Indonesia ingin berkontribusi untuk memajukan negosiasi pertanian. Pertanian tetap menjadi pilar ekonomi penting bagi banyak anggota WTO, khususnya negara berkembang dan negara kurang berkembang. Anggota WTO perlu mengatasi isu-isu krusial, termasuk ketahanan pangan, kesejahteraan, dan pembangunan perdesaan,” tegas Muhammad Lutfi dalam keterangan tertulisnya.

Sebelum pembukaan KTM ke-12 WTO, Djatmiko B. Witjaksono, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, mewakili Mendag, memimpin pertemuan Kelompok G33 di Jenewa, Minggu (12/6/2022).

Sebagai Koordinator Kelompok G33, Indonesia mendorong agar semua anggota G33 terus memperkuat persatuan dan solidaritas dalam memperjuangkan kepentingan negara berkembang dan negara kurang berkembang (Least Development Countries/LDCs)guna mencapai hasil yang adil dan seimbang dalam perundingan pertanian pada KTM ke-12 WTO.

“Para anggota G33 sepakat bahwa isu ketahanan pangan dan pertanian menjadi paket kebijakan pada KTM ke-12 WTO. Beberapa isu prioritas lainnya antara lain ketahanan pangan, stok pangan untuk ketahanan pangan (public stock holding for food security purposes),” kata Djatmiko.

Dan Special Safeguard Mechanism, lanjut Djatmiko, sebagai instrumen perlindungan kepada petani kecil saat terjadinya lonjakan impor.

Kelompok G33 berkepentingan untuk mengawal isu tersebut karena berpengaruh terhadap kebutuhan stok pangan serta ketahanan pangan.

Pada pertemuan Cairns Group (CG), Minggu (12/6/2022), Djatmiko juga menyampaikan perlunya mengakomodasi kepentingan negara berkembang seperti Indonesia dan LDCs terkait subsidi domestik (Domestic Support) pertanian yang mendistorsi perdagangan dunia. CG merupakan kelompok anggota WTO yang mengekspor produk pertanian.

Dalam rekaman pernyataannya, Mendag juga menyampaikan bahwa sistem perdagangan multilateral memiliki peran untuk mempromosikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Salah satunya terkait subsidi perikanan yang dapat mencegah kerusakan laut yang  lebih  parah.

Indonesia setuju bahwa prinsip dasar disiplin perikanan adalah untuk memastikan pengurangan yang signifikan dari subsidi berbahaya yang berkontribusi pada penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, tidak diatur (IUUF).

Namun demikian, disiplin tersebut tidak boleh mengabaikan tujuan pembangunan negara-negara yang mengandalkan perikanan rakyat dan skala kecil untuk ekonomi lokal dan pengentasan kemiskinan.

Berbicara mengenai Penangguhan Kekayaan Intelektual pada persetujuan Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights(TRIPs), Lutfi menegaskan pentingnya respons WTO terhadap pandemi.

“Kita harus menunjukkan bahwa WTO dapat mengatasi hambatan utama terhadap akses universal dan setara untuk vaksin Covid-19, barang penting, dan teknologi. Untuk itu, saya percaya TRIPs Waiver harus menjadi bagian utama dari jawaban WTO kepada dunia dalam penanganan pandemi,” kata mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) ini.

Sekilas tentang Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO

KTM merupakan pertemuan pengambilan keputusan tertinggi di WTO dan diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pertemuan terakhir dilaksanakan pada 2017 di Argentina.

Pertemuan KTM ke-12 WTO yang seharusnya dilaksanakan pada 2019 akan membahas beberapa isu, antara lain pembahasan respons WTO terhadap pandemi.

Termasuk Penangguhan Kekayaan Intelektual pada persetujuan TRIPs, reformasi aturan sektor pertanian, subsidi perikanan, moratorium bea masuk atas transmisi elektronik, dan reformasi WTO.

KTM ke-12 WTO diharapkan dapat menyepakati beberapa isu prioritas dengan hasil berupa keputusan, program kerja, dan deklarasi.

Dalam pembukaan KTM ke-12 WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, Dirjen WTO, mendesak Anggota WTO agar WTO dapat menghasilkan kontribusi nyata kepada masyarakat internasional.

“Saat dunia bergulat dengan ketidakpastian dan krisis di berbagai bidang, inilah saatnya untuk menunjukkan bahwa multilateralisme berhasil,” pungkas Ngozi.***

Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan RI. Foto: Humas Kemendag RI

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *