simple hit counter
HeadlineSehat

Di Indonesia, 1 dari 5 Anak Mengalami Stunting

×

Di Indonesia, 1 dari 5 Anak Mengalami Stunting

Sebarkan artikel ini
Img 20231101 Wa0009
Di Indonesia, 1 dari 5 anak mengalami stunting

PORTALSURABAYA.COM – Pemerintah dan tenaga kesehatan di Indonesia sedang berupaya untuk memaksimalkan kesehatan anak dalam upaya untuk menyambut bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada tahun 2045. Akan tetapi, sampai saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit menular, tidak menular, dan yang menjadi perhatian khusus adalah masalah gizi pada anak.

Berbagai masalah tersebut dapat mengancam Indonesia dalam memaksimalkan bonus demografi atau lebih dikenal sebagai Generasi Emas 2045 yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Indonesia yang sedang berupaya untuk semakin maju dan keluar dari label negara berkembang, masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, seperti stunting, wasting, dan underweight.

“Belum selesai dengan ketiga masalah tersebut, anak Indonesia sudah mulai mengalami malnutrisi tipe lain yaitu gizi berlebih atau obesitas,” tutur dokter spesialis anak Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/10/2023).

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia pada 2022, sebanyak 21,6% balita, atau 1 dari 5 anak mengalami stunting. Sementara 7,7% balita, atau 1 dari 12 anak mengalami wasting.

“Stunting, lebih dari sekedar perawakan pendek, yaitu kondisi malnutrisi akibat dari kekurangan asupan nutrisi, atau penyakit yang kronik mengakibatkan kegagalan seorang anak untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya,” jelasnya.

Penelitian menunjukkan bahwa akibat dari stunting tidak hanya sebatas perawakan pendek, seorang anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, performa di sekolah yang menurun, kemampuan fisik yang lebih rendah, dan lebih mudah untuk jatuh sakit. Pada jangka panjang dan level Nasional, hal ini akan berakibat pada menurunnya kemampuan ekonomi negara.

“Wasting, atau lebih kita kenal sebagai gizi kurang hingga gizi buruk, menandakan kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut. Wasting terutama pada anak berusia kurang dari dua tahun akan berdampak jangka panjang yang buruk,” tuturnya.

Pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak, otak berkembang dengan sangat pesat. Bila seorang anak mengalami wasting hingga gizi buruk, maka perkembangan otak akan terganggu. Pada jangka panjang perkembangan otak yang terganggu ini akan mengakibatkan menurunnya kecerdasan seorang anak dan menurunnya kualitas hidup saat dewasa nanti.

Langkah pencegahan terjadinya kondisi malnutrisi menjadi sangat penting untuk menyelamatkan anak Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu, upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, karena periode ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.

“Upaya yang dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada 1000 HPK di antaranya adalah inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, lengkapi imunisasi, dan yang sering menjadi periode kritis adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan. Sehingga sangat penting untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkannya dalam kurva pertumbuhan,” paparnya.

Seringkali seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Akan tetapi, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *