simple hit counter
Ekbis

UKM Kuat, Ekonomi Indonesia Maju

×

UKM Kuat, Ekonomi Indonesia Maju

Sebarkan artikel ini
IMG 20220304 WA0024 - UKM Kuat, Ekonomi Indonesia Maju
Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Infonesia. Foto: Humas Kemendag RI

PORTALSURABAYA.COM – Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI) mengungkapkan, Indonesia berpeluang menjadi negara dengan ekonomi maju di dunia. Hal ini disebabkan Indonesia mempunyai pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang kuat.

Hal ini disampaikan Mendag Lutfi saat membuka acara Briefer’s Event Empowering SMEs To Recover Stronger secara virtual akhir pekan kemarin.

“Indonesia adalah negara kuat dan pasti bisa maju karena memiliki UKM yang kuat, mempunyai kualitas manusia yang besar, bertanggung jawab, dan saling gotong royong. Indonesia akan menjadi salah satu negara paling maju di dunia,” kata Muhammad Lutfi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/3/2022).

Mendag menyampaikan, UKM berkontribusi terhadap 61,97% produk domestik bruto (PDB) Indonesia serta menyerap lebih dari 97% tenaga kerja pada 2021.

Namun, dari sisi ekspor pada triwulan ketiga 2021, kontribusi UKM terhadap ekspor nonmigas Indonesia baru mencapai 15,65%. Dari segi jumlah pelaku, hanya sekitar 16,96% eksportir yang berasal dari UKM.

Adapun produk UKM yang diekspor diantaranya produk mesin sederhana, aksesoris kendaraan, peralatan rumah tangga, produk kayu, tekstil, dan hasil laut.

“Untuk itu, kita perlu melihat tantangan ke depan untuk memajukan usaha sebagai pilar utama memajukan Indonesia,” tandas Mendag.

Mendag mengungkapkan, pada 2045 PDB Indonesia diprediksi menempati urutan keempat berdasar nilai tukar pasar dengan per kapita sebesar USD 28,934 di bawah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Indonesia juga diprediksi akan keluar dari jebakan kelas menengah pada 2034.

Untuk mencapai hal tersebut, investasi harus tumbuh 7,3 persen dengan kontribusi PDB sebesar 39%, manufaktur tumbuh 7,8% dengan kontribusi terhadap PDB 32%, ekspor tumbuh 7,9% dengan kontribusi 54%.

Sementara untuk keluar dari jebakan kelas menengah, Indonesia harus melakukan investasi pada infrastruktur dan transfer teknologi.

“Saat ini infrastruktur sedang digenjot agar biaya logistik menjadi lebih murah dan transfer teknologi sedang dikerjakan. Agar berhasil melakukan transfer teknologi, Indonesia harus memiliki pendidikan yang berkualitas agar sumber daya manusia di masa mendatang menjadi kelas prima,” jelas Lutfi.

Mendag menjelaskan, terdapat beberapa tren yang harus diantisipasi masa yang akan datang. Yaitu megatren dunia pada 2045, evolusi ekspor Indonesia ke produk industri dan industri berteknologi tinggi, serta ekonomi digital.

Mendag menyebut, pada 2045 penduduk dunia akan tumbuh menjadi 9,45 miliar orang. Pada masa ini, demografi penduduk dunia didominasi oleh orang lanjut usia.

Pada periode ini, 66% penduduk tinggal di perkotaan dan 95 persen dari urbanisasi tersebut terjadi di negara emerging market seperti Indonesia.

Pada periode ini, keuangan internasional juga menjadi jauh lebih transparan dan tertelusur (tracebility) yang menyebabkan mata uang regional menjadi lebih banyak dan tidak dikuasai oleh mata uang tertentu seperti hari ini.

Selain itu, lanjutnya, 8,1 miliar atau 84% dari penduduk dunia termasuk dalam kelas menengah. Jumlah tersebut merupakan suatu tren yang bagus untuk konsumsi dan baik untuk pertumbuhan UKM.

Pertumbuhan konsumsi juga bagus untuk pertumbuhan negara karena konsumsi turut membantu pertumbuhan ekonomi sebesar 54%.

“Di masa depan, kompetisi penguasaan sumber daya alam akan semakin meningkat dengan benua Asia dan Afrika menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, kita harus menjaga cadangan sumber daya alam untuk memastikan yang terbaik untuk kepentingan Indonesia,” terang Mendag.

Muhammad Lutfi menambahkan, pada masa ini terjadi perubahan iklim. Suhu muka bumi akan naik antara 3—3,5% sehingga memberikan efek pada negara kepulauan, seperti Indonesia.

Di masa mendatang yang harus diantisipasi juga adalah penguasaan teknologi seperti kecerdasan buatan, bioteknologi, dan ekonomi sirkular.

“Di masa depan, 71 persen peranan ekonomi akan berada di negara emerging market dan 54 persen berada di Asia. Jadi, kita akan memastikan peperangan melawan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi harus dapat dicapai sebelum batas waktu tahun 2038,” imbuh Lutfi.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini juga menjelaskan peran ekonomi digital terhadap ekonomi nasional. Pada 2020, total PDB Indonesia tercatat sebesar Rp15.400 triliun. Dari jumlah tersebut, ekonomi digital berkontribusi sebesar 4% atau sebesar Rp632 triliun.

“Pada 2030, PDB Indonesia akan tumbuh menjadi Rp24.000 triliun. Pada periode ini, ekonomi digital tumbuh empat kali lipat menjadi Rp4.531 triliun atau berkontribusi sebesar 18 persen dari total PDB. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu sektor pendidikan dan kesehatan yang mempunyai peran untuk menyelamatkan generasi emas Indonesia,” pungkas Mendag.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *