simple hit counter
Ekbis

Indonesia dan Amerika Serikat Sepakat Pererat Hubungan Ekonomi Indo-Pasifik

×

Indonesia dan Amerika Serikat Sepakat Pererat Hubungan Ekonomi Indo-Pasifik

Sebarkan artikel ini
IMG 20220628 WA0055 01 - Indonesia dan Amerika Serikat Sepakat Pererat Hubungan Ekonomi Indo-Pasifik
Zulkifli Hasan (kanan), Menteri Perdagangan RI, menerima kunjungan Sung Kim, Duta Besar Amerika Serikat (AS), di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). Foto: Humas Kemendag RI

PORTALSURABAYA.COM – Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), menerima kunjungan (courtesy  call) Sung Kim, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Selasa (28/6/2022) di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.

Pada pertemuan tersebut, Mendag menegaskan, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama perdagangan untuk memulihkan ekonomi pasca pandemi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.

“Kami mengapresiasi dan menyambut baik upaya AS untuk menjalankan inisiatif Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF). Hal ini untuk memastikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik yang saling menguntungkan, inklusif dan terbuka,” ujar Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulisnya.

Mendag melanjutkan, setidaknya tiga elemen penting yang menjadi perhatian Indonesia terkait inisiatif tersebut. Yaitu unsur fleksibilitas, arah dan prosedur yang jelas, serta keterbukaan dalam pembahasan Pilar IPEF.

Selain itu, skema IPEF harus disinergikan dengan skema ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) yang lebih dulu ada.

Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan juga menyampaikan, Indonesia dan AS dapat semakin mempererat hubungan bilateral yang sudah terjalin sejak 73 tahun yang lalu. Diantaranya dengan adanya inisiatif Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang sudah terbentuk sejak 1996.

“Melalui forum TIFA, kedua negara dapat saling membahas mengenai isu-isu perdagangan dan investasi, serta berbagai potensi kerja sama. Diharapkan pertemuan TIFA Tingkat Menteri dapat terlaksana,” ungkap Mendag.

Terkait fasilitas Generalized System of Preference (GSP), Zulhas turut menyampaikan pentingnya otorisasi pemberlakuan kembali GSP bagi Indonesia. Produk Indonesia yang mayoritas merupakan produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan melengkapi kebutuhan industri AS bukan sebagai pesaing.

Selain itu, Indonesia siap menjadi pemasok alternatif industri AS dengan kualitas dan harga yang bersaing.

“Oleh karena itu, keputusan dan dukungan Kongres AS untuk segera mengesahkan kembali pemberian fasilitas GSP untuk Indonesia sangat berperan besar dalam mendorong pembangunan ekonomi kedua negara,” ujar mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) ini.

Terkait G20, Mendag mengapresiasi dukungan AS terhadap Presidensi G20 tahun ini. Zulhas berharap dukungan AS akan membantu negara anggota G20 untuk menghasilkan capaian-capaian dan agenda prioritas G20 yang bermanfaat.

Dalam memperkuat kerja sama perdagangan bilateral, Sung Kim menyampaikan, perlunya meningkatkan potensi komoditas pertanian antara Indonesia dengan AS yang sampai saat ini baru terealisasi sekitar 30 persen menjadi dua kali lipat di tahun mendatang.

“Kami akan berupaya semaksimal mungkin mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan akses produk pertanian di Indonesia yang sudah terbuka dan siap untuk dioptimalkan,” tandas Sung Kim.

Pada periode Januari — April 2022, total perdagangan Indonesia dan AS tercatat sebesar USD 13,77 miliar. Atau naik 26,65 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 10,87 miliar.

Sementara pada 2021, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 37,02 miliar, naik siginifikan sebesar 36 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 27,20 miliar.

Pada 2021, ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar USD 25,77 miliar. Sedangkan impor dari AS ke Indonesia tercatat sebesar USD 11,25 miliar.

Dengan demikian Indonesia mencatatkan surplus USD 14,52 miliar. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke AS pada 2021 adalah minyak sawit, krustasea hidup, alas kaki dari bahan kulit, krustasea dan moluska, serta furnitur.

Sementara impor utama Indonesia dari AS adalah minyak bumi, kedelai, vaksin, residu pembuatan pati, dan tepung.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *