simple hit counter
Iptek

Atasi Rendahnya Mutu Literasi, NU Circle Kembangkan Sinergi Penta-helix

×

Atasi Rendahnya Mutu Literasi, NU Circle Kembangkan Sinergi Penta-helix

Sebarkan artikel ini
IMG 20220621 WA0034 - Atasi Rendahnya Mutu Literasi, NU Circle Kembangkan Sinergi Penta-helix
Dr.R. Gatot Prio Utomo, Ketua Umum NU Circle (tiga dari kiri) dalam sebuah pertemuan upaya sinergi pentahelix melibatkan lima elemen kunci yaitu  masyarakat, dunia usaha dan industri, akademisi,  pemerintah, dan media. Foto: NU Circle

PORTALSURABAYA.COM – Untuk mengatasi rendahnya mutu literasi numerasi di Indonesia, NU Circle, jaringan masyarakat profesional santri menggerakkan sinergi pentahelix.

Sinergi pentahelix melibatkan lima elemen kunci yaitu masyarakat, dunia usaha dan industri, akademisi, pemerintah, dan media.

“Rendahnya mutu literasi numerasi di Indonesia tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah. Ini terbukti dengan rapor literasi Indonesia masih sama seperti kondisi 20 tahun silam. Semua pihak harus bersinergi, bersama-sama, bergandengan tangan memperbaiki rendahnya kompetensi literasi anak Indonesia,” tegas Dr.R. Gatot Prio Utomo, Ketua Umum NU Circle di Jakarta dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/6/2022).

Seperti diketahui, hasil skor Programme for International Students Assessment (PISA) pada 2018 yang diumumkan pada 2019 kembali menempatkan posisi Indonesia pada peringkat yang rendah yakni peringkat 74 dari 79 negara.

Skor PISA Indonesia lebih rendah dari rata-rata skor internasional. Rata-rata skor siswa Indonesia dalam membaca 371, matematika 379, dan sains 396.

Capaian ini masih di bawah rata-rata 79 negara peserta PISA yakni 487 untuk membaca, 489 untuk matematika dan sains.

Menurut Gus Pu, sapaan Gatot Prio Utomo, hasil PISA menunjukkan bahwa lebih dari 70% siswa Indonesia tidak mampu mencapai level 2 dalam framework PISA.

“Ini sangat mengkhawatirkan. Sebab hanya 23%, siswa usia 15 tahun (setara kelas akhir SMP atau kelas awal SMU), dari seluruh negara peserta PISA yang tidak masuk level 2 ini,” tegas Gus Pu.

Melihat situasi ini, NU Circle mengembangkan sinergi program pentahelix di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Sinergi dibangun untuk ‘mengeroyok’ peningkatan kompetensi guru. Sesuai rekomendasi PISA, peningkatan mutu guru diharapkan mampu meningkatkan kompetensi literasi siswa Indonesia.

Dengan program Gernas Tastaka, NU Circle menggandeng PT Bukit Asam sebagai penyandang dana, Universitas Sriwijaya yang mengambil peran akademisi dan pendamping belajar guru.

Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim yang berperan regulasi dan penyedia guru, serta Organisasi Profesi Guru dan Media.

“Tahun pertama, sinergi pentahelix di Kabupaten Muara Enim berhasil menggerakkan 80 sekolah dasar di seluruh Kabupaten dan memberi Kredit 3 SKS bagi 20 mahasiswa Universitas Sriwijaya. Langkah awal ini sangat membanggakan guru-guru di daerah yang selama ini jarang tersentuh program peningkatan mutu literasi,” ungkap alumni Universitas Indonesia (UI) ini.

Ke depan, sinergi pentahelix seperti ini akan dilaksanakan di sejumlah daerah.

“NUC berhasil membangun sinergi di Muara Enim. Bisa dilihat dan dikonfirmasi terutama kepada guru dan siswa yang mendapat manfaat langsung dari program ini. Indonesia membutuhkan sinergi semacam ini. NUC akan terus merajut benang kebangsaan untuk meningkatkan mutu guru dan menyiapkan generasi emas Indonesia 2045,” pungkasnya.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di GoogleNews PUB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *